CERITA PENDEK | Dadanya terasa sakit ketika ia melihat apa yang tengah terjadi. Tanpa membuat suara sedikit pun, ia berjalan menuju ke kamarnya.
Ia tidak ingin melihat apa yang tengah terjadi di ruang tamu itu, ia tidak ingin melihat onee-sannya diambil oleh orang lain.
Begitu ia tiba di kamarnya sendiri Lukas menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Begitu banyak pikiran bermunculan di kepalanya saat itu.
Ingatan akan saat-saat yang ia lalui bersama onee-sannya tersayang selama ini dan kejadian di ruang tamu tadi.
Ia tidak mengerti kenapa ia merasa begitu sedih melihat hal itu.
Bukankah itu hal yang baik? Bahwa onee-san menemukan pria yang begitu berharga bagi dirinya tapi kenapa dadanya begitu sakit.
Ia teringat akan ucapan Dean bahwa onee-sannya akan kembali ke sisi Dean suatu hari.
Mengingat hal itu ia ingin tertawa. Tidak onee-san tidak akan kembali ke samping Dean ataupun tetap berada bersamanya, ia akan pergi bersama pria di ruang tamu itu.
Ia bahkan tidak sadar akan air mata yang mengalir di kedua pipinya ketika pikiran-pikiran itu muncul di kepalanya.
Ia tidak ingat berapa lama ia berada di kamar itu hingga ia mendengar suara ketukan dari luar kamarnya.
"Lukas?" Segera Lukas mengenali pemilik suara itu, onee-san.
"Ya, onee-san?" jawabnya berusaha agar suaranya terdengar senormal mungkin.
"Twilight memberitahuku bahwa kamu sudah berada di kamarmu sejak kamu pulang tiga jam yang lalu. Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya dari luar.
"Ah, ya, onee-san. Aku hanya merasa sedikit lelah hari ini," jawab Lukas sambil melihat jam di kamar itu.
Sudah setengah jam melewati waktu makan malam tidak aneh bagi onee-san mencari dirinya. Ia tidak pernah terlambat melakukan apapun selama itu.
"Aku mengerti. Makan malam sudah disajikan Twilight, aku akan menunggumu di ruang makan," kata onee-san.
Seketika Lukas melihat ke arah cermin. Jelas bagi dirinya ia tidak mungkin keluar sekarang.
Onee-san pasti akan tahu ada sesuatu yang salah mengingat ia terlihat jelas berantakan (dengan mata memerah dan mulai membengkak) dan ia tidak ingin onee-san tahu apa yang ia saksikan tadi.
"Tidak apa-apa, onee-san. Onee-san makan saja dulu saya masih kenyang dan akan makan agak larut," jawabnya.
Untuk beberapa saat tidak ada jawaban dari luar tapi ia tahu onee-san masih berada di sana. "Baiklah, Lukas. Aku akan melihatmu besok. Istirahatlah yang cukup," kata gadis itu dari luar.
"Baiklah," jawab Lukas dari dalam. "Selamat malam, Lukas." "Selamat malam, onee-chan." Lukas kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang begitu suara langkah kaki gadis itu menghilang.
Ingatannya kerap kembali ke kejadian tadi sore walau ia ingin melupakannya.
Tidak lama kemudian ia mendengar pintu diketuk beberapa kali. Dengan enggan ia membuka pintu itu hanya untuk menemukan tidak ada seorang pun di sana.
Yang ada hanya nampan berisi makan malam dan minum beserta selembar kertas.
Ia mengambil kertas itu dan membacanya. "Jika kamu ingin bicara aku akan mendengarkanmu kapanpun kamu mau -Lily." baca Lukas.
Ia tersenyum sebelum membawa masuk nampan dan kertas itu ke kamarnya.
Ada secercah kebahagiaan mengingat onee-sannya masih begitu memperhatikannya.
Keesokan harinya ...
"Lukas Aurelius." Lukas menghentikan langkahnya menuju ke rumah. Ia baru saja pulang dari kelas militernya dan hendak melewati lapangan ketika ia mendengar namanya dipanggil.
Di hadapannya berdiri seorang pria demon. Pria yang sama yang ia lihat memeluk onee-sannya tersayang semalam.
Mata biru dingin itu menatapnya lekat-lekat dengan pandangan kesal.
"Ya?" jawab Lukas dengan waspada. "Aku tidak mengerti kenapa dia memilih menjadi guardianmu. Tapi ketahuilah aku pasti akan mengambilnya darimu," kata pria itu.
BERSAMBUNG ....
0 comments:
Post a Comment