CERITA PENDEK | Ia selalu mengingat hal-hal positif tentang Aira tapi suara itu selalu mengingatkannya bahwa yang ia lakukan hanya menipu dirinya sendiri dan bagaimana pun ia melihat Aira yang ia lakukan malah membandingkannya dengan onee-chan.
Ia harus mengakui ia melakukan hal itu tanpa sadar. Bagaimana ia kadang kesal melihat betapa lemahnya Aira dan membandingkannya dengan onne-chan yang mampu melawan begitu banyak begundal tanpa masalah, bagaimana Aira memakai pakaian yang tidak akan pernah dipakai onee-chan dan bagaimana perbedaan sifat mereka di mana Aira begitu manja dan meminta perhatiannya sedangkan onee-chan begitu mandiri tapi perhatian kepadanya.
Oh, bagaimana ia begitu lebih memilih onee-chan dengan rambut hitam yang selalu ia ikat dan mata biru yang indah serta tubuh yang begitu sempurna menurutnya.
Ia tersadar kembali dari apa yang ia pikirkan. Ia tidak percaya ia kerap memikirkan onee-channya walau mereka begitu jarang menghabiskan waktu sekarang.
"Betul-betul bodoh," kata sebuah suara. Lukas melihat ke arah pria demon yang ia kenal.
"Pergi keluar dengan gadis manusia itu hanya membohongi dirimu sendiri. Aku tahu bahwa keputusanku mengambilnya darimu benar," kata pria itu.
"Apa maksudmu? Aku tidak membohongi siapapun," kata Lukas dengan kesal.
"Oh, ya. Kalau begitu ikuti aku," kata pria itu. Mereka berdua berjalan menelusuri jalan hingga berada di pinggir kota.
Tidak lama hingga mereka berada di pinggir danau dan tidak jauh dari mereka berdiri dua sosok yang Lukas kenal.
Yang pertama adalah onee-sannya tersayang dan yang kedua Philip Oz, pangeran dari human realm.
Onee-sannya terlihat berbeda hari itu. rambut yang biasa selalu terikat ia biarkan tergerai dengan jepitan untuk mencegah rambutnya menutupi mata dan ia mengenakan sebuah terusan, jenis pakaian yang jarang ia kenakan mengingat profesi yang ia tekuni.
Philip sendiri tampil berbeda dari biasanya dengan pakai yang terlihat lebih kasual walau tetap sopan.
Dan keduanya tengah berbicara sambil tersenyum dan menikmati makanan dan minuman yang ada di meja mereka berdua.
Ada sesuatu yang berdesir di hatinya ketika Lukas melihat hal itu. Onee-channya tersenyum begitu bahagia dan bebas, entah kapan ia terakhir kali melihatnya.
Ia menghindar dari onee-channya berbulan-bulan berusaha mengingkari kenyataan yang ada di depannya.
"Aku... aku menyayangi onee-chan lebih dari seorang kakak," bisiknya pelan menyadari kenyataan yang ia takut untuk ucapkan selama ini.
BERSAMBUNG ...
0 comments:
Post a Comment